sakit kepala

Sakit (lebih tepat lagi nyeri) kepala adalah salah satu alasan tersering untuk pergi ke dokter. Ia bisa datang saat kelelahan atau haid, muncul bersamaan dengan influenza atau menjadi kabur dengan keluhan sakit maag, bahkan setelah makan yang gurih (disebut Chinese Restaurant Syndrome karena terlalu banyak menggunakan vetsin). Whatever, Ia sangat menyakitkan, membuat desperate, dan seperti kata iklan, "Sakit kepala bikin (kepribadian)kamu beda..." Belum lagi bagi sebagian orang dianggap menurunkan produktivitas; berapa banyak pekerjaan yang harus ditunda hanya untuk sakit pada organ tubuh yang paling dihormati itu.


Mengapa sakit kepala?
Apa pun struktur yang berada di kepala (dan leher) bisa memyebabkan nyeri: tulang (tengkorak)-nya, otot-ototnya, pembuluh (urat) darahnya. Berdasar unsur yang terkena itu maka gejala nyeri kepala bisa berbeda. Dan lagi-lagi kata iklan, "Karena beda (nyeri) kepala, beda obatnya!"



Anggaplah ada tiga jenis yang paling umum; nyeri kepala MIGREN, nyeri kepala KLASTER, dan TENSION HEADACHE (apa padanan dalam bahasa Indonesia-nya?) tambah VERTIGO yang sebetulnya bukan termasuk nyeri kepala


Nyeri kepala migren mudah dikenal karena khas dengan gejala awal nyeri separuh kepala kemudian menyebar keseluruhan, nyeri serasa berdenyut hilang timbul, kadang-kadang mual, dan sering silau oleh sinar terang (fotopobia). Beberapa penderita mengakui munculnya aura--ada yang cerita mirip kilatan, cahaya hijau--sebelum atau sesudahnya.

Nyeri kepala klaster mengenai SALAH SATU mata, AREA SEKITARNYA, bukan matanya langsung, meski mata yang kena bisa memerah dan bengkak (waduh, sulit sekali mendeskripsikannya dengan mudah). Orang yang kena cluster headache ini terlihat memicingkan sebelah mata di sisi kepala yang sakit. Saat nyeri kepala klaster kambuh biasanya disertai keringat bercucuran, hidung mampet berleleran (bahasa apa itu berleleran?) Dalam sehari seorang penderita berat bisa terkena delapan kali serangan.

Nyeri kepala tension adalah... ya bila bukan migren atau nyeri kepala klaster. Tidak ada nyeri sebelah, mual apalagi "nyut-nyut". Mau seharian bobo-boboan atau jingkrak-jingkrakan sami mawon. Nyeri kepala tension lebih umum dan sering, mengenai dua sisi kepala, dan karena unsur penyebabnya adalah otot maka akan berkurang hanya dengan dipijat.

Vertigo lebih mirip puyeng, pusing (dizzy) daripada nyeri kepala. Keluhan ini bikin overlap apakah harus konsultasi ke dokter saraf, spesialis THT, penyakit dalam, psikiater, atau bedah saraf? Tidak hanya asal-muasal penyebab penyakitnya yang berlainan; vertigo mungkin dipicu oleh penyakit lain atau obat lain yang diberikan masing-masing dokter. Bahkan saya sering menerima kasus migrainous vertigo, saking sulit dibedakan ini pasien migren atau vertigo. Vertigo menimbulkan sensasi berputar terhadap ruangan sekelilingnya atau ruangannya yang serasa muter (bedanya yang satu dalam posisi berdiri yang lain lagi duduk), kepala rasanya ringan dan melayang, limbung ketika badan bergerak. Tambahan gejala kalo ada; mual hingga muntah (paling sering), telinga berdenging, kurang pendengaran (bukan budeg tapi lebih mirip bindeng), bertambah pusing (nystagmus) bila kepala dimiringkan atau bangun dari posisi tidur.


Kecenderungan nisbi bahwa tindakan yang paling sering dilakukan ketika ketidaknyamanan ini muncul adalah mencari OBAT
(sampai sini ambil napas panjang dulu)

Ada banyak obat-obat pereda nyeri, analgetik, yang dijual bebas (di apotek, di warung); parasetamol (Panadol), Asam Mefenamat (Ponstan), atau Ibuprofen (Advil, Proris). Lebih banyak pilihan lagi ada yang pake kafein (Bodrex-Migra), kombinasi beberapa obat (Neo-Rheumacyl), atau campur penenang, misal diazepam (P*******N); bisa didapatkan legally or abusely. Pilihan bebas ini bukan tanpa konsekuensi. Jika salah pilih, salah guna, salah pasang, jangan-jangan kesembuhan tak dapat diraih, efek samping tak dapat ditolak. Mulai dari mual, nyeri ulu hati hingga ruam bintik merah bahkan kulit melepuh.

Saya ingin mempromosikan bahwa parasetamol adalah pereda nyeri (analgetik) yang relatif aman dan lebih sedikit efek samping. Parasetamol, yang lebih anda kenal sebagai penurun demam (antipiretik), pada dosis ganda (forte) bisa menurunkan ambang nyeri. Anda boleh minum parasetamol (650 mg pada Panadol Forte atau satu setengah tablet parasetamol dosis biasa) tiap 4 hingga 6 jam bila perlu dan ingat... tidak boleh dalam keadaan perut kosong. Tidak perlu kuatir, dalam referensinya parasetamol baru memberikan efek samping setelah dikonsumsi lebih dari 6 gram atau 12 tablet dalam sehari. Itu pun terjadi 2-3 sesudahnya (sub-akut steatohepatitis).

Bagaimana dengan kopi? Beberapa pereda nyeri (Bodrex migra, Oskadon, Poldan)menambahkan kafein dalam racikannya. Kopi berkhasiat melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami. Diduga kafein pada kopi merangsang pusat nyeri saraf pusat (otak) sehingga mengaburkan rasa nyeri meski prosesnya tetap berlangsung. Jangan tanya saya kalau minum kopi harus berapa gelas, kopi instant atau tumbuk, direbus atau diseduh; tapi kalau minum kopi susu mungkin khasiatnya tidak lebih dari sekedar minuman biasa, seperti juga jahe dalam bandrek. Hanya berhati-hatilah bagi orang yang memiliki sakit maag atau pun jika terlalu banyak bisa confuse akibat susah tidur. Seperti lagunya Freddie Mercury dan Brian May, "Too much coffee will kill you!"


Actually, tidak semua nyeri kepala harus minum obat. Beberapa nyeri kepala berhasil (reda) tanpa harus campur tangan zat kimia. Yang paling mudah dan murah adalah dengan TIDUR. Serius! Tidur adalah terapi nyeri kepala dan ada referensi ilmiahnya. Saat tidur semua otot (termasuk di kepala) menjadi relaks, gelombang otak dan aktivitas listriknya menjadi datar, dan semacam hormon yang disebut endorfin membuat rasa tenang dan melupakan nyeri. Tapi jika setelah bangun dari tidur anda merasakan nyeri di kepala dan leher jenis baru, waspadalah! Jangan-jangan anda tidur dengan satu tangan menopang kepala atau bantal yang terlalu keras terlalu lembek. Hal ini dapat menyebabkan spondilitis atau tendinitis leher.

Ada yang disebut biofeedback (and relaxation) therapy. Prinsipnya menggunakan alat untuk menimbulkan rangsang fisiologis. Biofeedback therapy menggunakan perangsangan saraf pusat untuk mengurangi ketegangan melalui beberapa cara; musik yang lembut, visualisasi (atau berimajinasi), dan mengambil napas yang lambat serta dalam. Cara lain yang lazim adalah penggunaan bantal panas dan pijat.

Panas mempunyai beberapa efek terhadap nyeri. Pertama, panas akan mendenaturasikan protein. Artinya, otot atau jaringan apapun yang kena panas akan melentur atau mengkerut. Mirip orang yang rambutnya di rebonding. Kedua, area kulit yang kena panas akan kesakitan dan kemerahan. Kesakitan karena saraf dangkal (proprioseptif) yang berada di bawah kulit dirangsang. Nyeri dangkal ini akan mengaburkan sensasi otak terhadap terhadap nyeri dalam, si nyeri kepala itu sendiri. Mirip orang yang menggaruk kulit untuk menghilangkan nyeri tusukan nyamuk atau mengusap-usap perut akibat nyeri di usus.

Bagaimana dengan balsem, minyak gosok atau koyo? Pada dasarnya kandungan menthol, minyak cengkeh atau capsicum/cabe dalam balsem atau koyo memiliki efek (luka) bakar kimia, diluar fakta bahwa cabe dan cengkeh memang obat tradisional pereda nyeri. Sama dengan panas "thermal", balsam dan koyo menyebabkan kulit kemerahan yang menandakan melebarnya pembuluh darah darah lokal. Hal ini bermanfaat karena aliran darah meningkatkan serapan obat analgetik, misal metil-salisilat, yang di"bundling" dalam koyo atau balsam. Selain itu pula aliran darah menghilangkan... sebutlah racun penyebab nyeri. Namun, subjectively, logika awam saya mempertanyakan seberapa efektifkah balsam, minyak gosok atau koyo mengingat penetrasi anti nyerinya sebatas lapisan di bawah kulit. Bagaimana dengan nyeri kepala yang sumbernya di dalam tengkorak, migren, misalnya? (Mungkin) balsam atau koyo bisa mengatasi nyeri kepala tension.

Kesukaan saya adalah pergi ke tukang cukur rambut atau mendatangkan dukun urut minta dipijat. Meski sering dianggap remeh sebagai manipulasi rasa nyeri, metode pijat atau masase memiliki tingkat keberhasilan penanganan nyeri hingga 92% sembuh setelah satu hingga tiga kali terapi (Soeparman, 1982).

Bagian mana yang harus dipijat?
Shiatsu atau accupressure adalah teknik pijat menggunakan titik-titik akupunktur (accupoint). Ada beberapa titik terkenal untuk menangani nyeri kepala. Pertama, daerah pelipis, kurang lebih 1,5 Cm dari ujung kelopak mata, ada semacam lekukan tulang (orang biasanya menempel koyo di sini). Namanya titik Dien Cung Kedua, titik Fung Fu, terletak pada lekukan di belakang kepala. Referensi bilang batas antara tengkorak dan leher, batas antara rambut dan kulit. Ketiga, coba lekatkan jempol dan telunjuk tangan anda. Titik He Gu terletak 1 Cm dari ujung garis pertemuan ke arah pangkal tangan.
Kesemua titik-titik tersebut ditekan ringan, pritching (digeol kalo bahasa sunda) hingga menimbulkan nyeri selama 5-10 menit.

Cara lainnya adalah terapi psiko-kognisi-edukasional (Wuih, mahluk apalagi nih?). Diyakini bahwa stres mempengaruhi nyeri kepala dan sebaliknya nyeri kepala, dalam waktu panjang, menyebabkan depresi. Mirip hipnosis, penderita nyeri kepala diyakinkan (reassurance) tentang proses penyakitnya, dibelokkan rasa bersalah dan pesimisnya serta dibangun sikap positif terhadap sakit. Mulailah berkata pada diri sendiri, "It's Okay! You're not GUILTY. The body is allright. You WILL heal your pain. It's gonna be fine." Percaya atau tidak, 50% penderita (merasa) sembuh dengan proses sugesti ini.


Saya cuma mau ngasih "Red Flag"; Kalau nyeri kepala anda disebabkan karena terbentur (akibat jatuh) atau nyeri kepala yang tidak hilang dengan satu-dua kali minum obat, nyeri kepala setelah kejang, nyeri kepala yang dari hari ke hari bertambah berat dan sering, nyeri kepala seringan apapun tapi anda punya tekanan darah tinggi, "pening" (nyeri area wajah) terlebih sering bangkis, ada panas badan (demamnya yang masalah); Segeralah berobat ke tenaga kesehatan profesional untuk memastikan anda tidak memiliki kelainan organik di kepala anda. Mungkin harus di komputer (CT Scan, maksudnya) atau periksa test putar (caloric test), elektroensefalografi (EEG), elektromiografi (EMG) bahkan lumbal puncture.

Simpulan, jangan biarkan nyeri kepala berlarut-larut menyebabkan penderitaan berkepanjangan. Nyeri kepala itu controllable dan treatable jika tahu "apa" dan "bagaimana".
Jadi bebaskan diri anda dari nyeri dan capai kualitas hidup yang lebih baik.

credit to: Kagetatsu

0 comments: